Beberapa hari ini saya sedang dibuat kesal oleh binatang yang bernama rayap. Pasalnya, ketika saya memeriksa pakaian di lemari, koloni rayap banyak sekali di sana, mereka menggerogoti pakaian saya. Sekitar dua bulan yang lalu, hal serupa pernah terjadi. Saya berhasil mengusirnya dengan membersihkan rumah yang mereka bangun, menyapunya dan menabur kapur barus di seputaran lokasi yang dikuasai rayap.
Padahal saya benci sekali dengan kapur barus. Kapur barus mengingatkan saya pada kematian kakek waktu saya kecil. Waktu itu saya berusi sekitar enam tahun, kakek saya sakit keras dan meninggal. Mayatnya, atau mungkin kain kafannya ditaburi (entahlah, mungkin juga dioleskan kapur barus, saya kurang paham). Sejak itu saya tahu, bahwa semua orang meninggal yang dikuburkan, selalu disertai dengan kapur barus. “Biar nggak gampang dimakan rayap,” begitu kata beberapa orang. Sejak itu, setiap ada orang yang meninggal, saya selalu waspada. Saya selalu mencoba menjauh. Saya benci mencium aroma kapur barus. Kapur barus saya identikkan dengan aroma kematian.
Banyak orang bilang kapur barus aromanya biasa saja. Mereka menaruhnya di lemari, agar baju tidak apek. Tapi saya tetap saja tidak setuju, kapur barus, sekali lagi mengingatkan saya pada kematian kakek saya. Kapur barus adalah aroma kematian. Meyeramkan! Dan bayangkanlah (wahai pembaca yang mau membaca tulisan saya ini), permusuhan saya dengan kapur barus, ternyata harus berakhir akibat kumpulan makhluk kecil bernama rayap.
Rayap di lemari ternyata tak hanya menghabisi banyak pakaian saya yang jarang dipakai, tapi juga menggerogoti buku-buku, refrensi satu kardus untuk sebuah novel saya yang belum rampung. Bagian inilah bagian yang paling menjengkelkan. Satu kardus referensi berupa fotokopian yang saya dapat dari keliling banyak perpustakaan, nyaris rusak dan tak terbaca akibat ulah rayap-rayap itu. Saya jengkel. Saya harus berperang dengan rayap. Dua hari yang lalu, saya kembali membersihkan tanah dalam lemari, memindah pakaian dan juga memindah lemari. Tentu saja menabur kapur barus yang aromanya memuakkan. Dengan harapan, rayap itu tak datang lagi ke lokasi baru lemari saya.
Berbicara tentang rayap, rayap merupakan makhluk prasejarah. Ia berfungsi sebagai pengurai kayu dalam ekosistem kehidupan. Tanpa kehadiran mereka, bumi ini pasti akan penuh oleh sampah kayu yang membusuk. Rayap sebenarnya memiliki peran penting, tapi bagi sebuah bangunan yang sengaja dibangun bukan untuk limbah kayu, rayap adalah musuh yang mengganggu. Lanjutkan membaca →