Judul : Tikus dan Manusia
Pengarang : John Steinbeck
Judul Asli : Of Mice and Man (terbit, 1937)
Penerjemah : Pramoedya Ananta Toer
Tebal : 107 Hal.
(Pernah diterbitkan penerbit Djembatan, tahunnya lupa. Terbit terakhir 2003 oleh Lentera Dipantara)
_____________________________________________________
Tikus dan Manusia, diterjemahkan dari Of Mice and Men karya John Steinbeck oleh Pramoedya Ananta Toer. Tikus dan Manusia mengisahkan dua tokoh sentral, George dan Lennie, dan beberapa tokoh lain yang berinteraksi dalam sebuah peternakan. Meski latar belakang waktu tidak terjelaskan dalam sebutan tahun, namun penggambaran situasi sosial serta interaksi antar pekerja di peternakan tersebut mengingatkan saya pada kondisi pada masa depresi Amerika sekitar tahun 1930-an. Tahun-tahun itu Amerika mengalami keanjlokan prekonomian hingga 40%. Hal ini membuat banyak sekali buruh yang diPHK, juga pengangguran dan tingkat kriminalitas yang meningkat.
Cerita Tikus dan Manusia diawali dari pelarian George dan Lennie dari sebuah peternakan Weed. cerita bergulir seiring perjalanan George dan Lennie yang akhirnya menetap untuk bekerja di peternakan lain. George dan Lenie adalah dua gelandangan yang bersahabat, ia pergi dari daerah asal mereka Lenie membuat bencana secara tidak sengaja. Mereka berdua pergi ke daerah baru, bekerja dan mengumpulkan uang untuk membeli sebidang tanah dan ternak. Atas cita cita itu mereka bekerja sangat keras dan berusaha menghindari masalah sebisanya. George dan Lennie kemudian bertemu Slim, Candy, Crooks, Carlson dan Curley serta istrinya, yang juga seperti George dan Lennie, bertahan dengan caranya masing-masing. Dalam interaksi George dan Lennie, serta pekerja lain di peternakan tersebut, terdapat relasi-relasi tertentu yang berujung kepada klasifikasi pekerja. Masalah timbul ketika mereka bertemu Curley, anak bos yang banyak gaya dan selalu cari masalah. Juga istrinya yang ganjen dan sundal selalu menggoda pria mana saja. Lenie kerap kali melakukan kesalahan dan membawa petaka bagi mereka berdua yang merantau.
Steinbeck seperti biasa menggunakan gaya deskripsi yang selalu menggoda. Lanskap situasi digambarkan dengan detail, serta memasukkan unsur-unsur “emosi” yang membedakan gayanya dengan Ernest Hemingway yang sama-sama meraih Nobel Sastra dan menjadi ikon penulis sastra Amerika. Jika Hemingway kerap kali memasukkan gerak dan prilaku manusia sebagai cara menunjukkan kekuatan tokoh, Steinbeck adalah penulis dengan gaya sebaliknya. Ia memasukkan emosi manusia, bagimana manusia menangis, sedih, tertawa dan mengungkapkan pikiran. Nah, inilah gaya khas Steinbeck yang banyak menginspirasi Pram. Pram menulis dengan gaya Steinbeck. Bahkan Pram sendiri mengakui kalau steinbeck adalah gurunya dalam menulis. Seperti juga Pram tidak menyukai gaya menulis Hemingway. Lanjutkan membaca